Para santri Pesantren Persatuan Islam 24 Rancaekek, Kabupaten Bandung, berhasil menemukan keunikan tersendiri dalam meneliti kampung halaman mereka. Melalui kegiatan turun ke bawah (turba) di Desa Linggar pada 14 September 2024, mereka menggali sejarah dan budaya lokal, khususnya kesenian rakyat seperti benjang, pencak silat, dan kuda lumping.
Hasil penelitian yang menarik ini kemudian mereka sajikan dalam sebuah acara ilmiah bertajuk “Memahami Kelokalan, Menyelami Kampung Halaman”. Acara ini dimeriahkan dengan pameran, perpustakaan berjalan, dan bazar buku.
Inayah, salah satu santri, menjelaskan bahwa kuda lumping yang mereka teliti ternyata memiliki akar sejarah yang kuat, yakni diadopsi dari Sumedang dan pernah di bawah naungan organisasi Lekra.
Inayah menyebutkan acara ini merupakan acara pertama kali diselenggarakan di sekolahnya. Tujuannya untuk menyelami sejarah lokal di sekitar sekolahnya, yaitu Desa Linggar. Hal ini mengasyikkan baginya.
“Ini first time atau pertama kali, ada di sekolah. Gabungan mata pelajaran sejarah dan geografi, jadi kami menggali informasi seputar Desa Linggar,” kata Inayah.
Penelitian yang dilakukan Inayah beserta kawan-kawannya dikemas dalam esai berjudul “Desa Linggar dalam Cakrawala Seni Budaya: Korelasi antara Warisan, Modernisasi, dan Geografi”. Mereka bertugas penelitian selama satu minggu dengan tema besar tentang seni budaya di Desa Linggar.
Penelitian ini juga menjelaskan tentang kurangnya pegiat seni atau masalah regenerasi. Para pegiat seni umumnya petani atau buruh. Mereka aktif di kesenian di sela-sela aktivitas sehari-hari.
“Karena awalnya orang-orang bekerja sebagai tani terus sebagai buruh pabrik yang menyita waktu mereka untuk berkarya mengembangkannya,” tuturnya.
Sama halnya dengan Inayah, Nisa, siswa 12 IPA mengaku senang bisa melakukan penelitian Desa Linggar. Ia bisa mengetahui lebih dalam kondisi sosial selama sepuluh tahun ke belakang desa di wilayah Bandung Selatan ini.
“Kami melakukan penelitian selama dua minggu mewawancarai sepuh-sepuh di sini dan melakukan penelitian pustaka juga baik buku atau website. Tadi sudah dipresentasikan melalui esai dan power point di hadapan seluruh santri Aliyah,” tutur Nisa.
Akses Kesehatan
Tidak hanya Inayah dan Anisa, Rizal Syahril, santri PPI 24 Rancaekek juga merasa puas dengan proses penelitian ini. Namun ia menemukan temuan lain yang dibutuhkan warga Desa Linggar, yakni akses kesehatan.
Menurut Rizal, awalnya di Kampung Linggar terdapat fasilitas kesehatan di Kampung Linggar, letaknya di Warung China yang mulai dibangun pada 1970. Karena sempitnya lahan di sana, tahun 1978 fasilitas kesehatan ini dipindahkan ke daerah Cikijing yang dikenal Puskesmas Cikijing.
Para santri berharap program ini tidak berhenti di angkatan mereka. Namun bisa berjalan dan dirasakan oleh angkatan-angkatan selanjutnya.
Sumber Berita:
Para Santri Pesantren Persatuan Islam 24 Rancaekek Melakukan Turba ke Desa Linggar. (2024). Diakses pada 26 September 2024 dari https://bandungbergerak.id/article/detail/1598025/para-santri-pesantren-persatuan-islam-24-rancaekek-melakukan-turba-ke-desa-linggar
Alhamdulillah, barakallah